Bagikan ini :

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Pada rubrik kisah taubat kali ini kita akan mendengar kisah dari Abdullah, bukan nama sebenarnya, akan sebuah pelajaran dari suatu peristiwa yang menjadikannya berubah.

Semasa muda, Aku merasa sangat sibuk, bekerja seharian penuh, berurusan dengan pipa-pipa minyak, bahkan terkadang terpeleset di sebuah saluran atau lumpur, tentu saja hal itu membuat pakaianku kotor. Bukan itu saja, Aku pun harus bertaruh nyawa dengan profesi yang kugeluti, sebagaimana yang pernah terjadi pada teman satu shiftku, ia terpeleset dekat pipa bocor, lalu tercebur ke dalam minyak panas, dan langsung meninggal di tempat. Innalillahi wa inna ilaihi rojiuun, namun Aku bahagia dengan bekerja di sebuah perusahaan minyak.

Karena pakaian yang sering berkeringat dan terkena lumpur, Aku jadi malas untuk melakukan sholat di pabrik, padahal adzan selalu terdengar setiap waktu sholat telah tiba. Biasanya, jika lembur saja Aku membawa baju salinan agar bisa berganti baju, lalu mengerjakan sholat fardhu.

Pendengar, Suatu hari, kepala tim kerjaku diganti dengan orang baru, dia adalah Haji Sholeh. Sejak satu shift bersama Pak Sholeh, ternyata semua teman satu tim termasuk aku selalu sholat dengan tepat waktu, bahkan berjamaah. Menarik sekali, Aku membenarkan sebuah petikan hadits, bahwa Rosululloh shollalohu alaihi wasallam bersabda, Kalian semua adalah pemimpin, dan semua pemimpin bertanggung jawab atas semua kepemimpinannya. Dan sosok Pak Sholeh merupakan contoh teladan bagi para bawahannya, termasuk aku di dalamnya. mulai saat itulah aku bertaubat dari kelalaianku menjalankan sholat selama ini.

Aku sangat bahagia mengenang satu timku makan bersama, sholat berjamaah, pulang berbarengan, apalagi jika jadwal shift malam sampai subuh, tentu jauh lebih nyaman suasana pulang bersama. Bahkan akhirnya kegiatan kebersamaan tersebut menular pada aktivitas di rumah, piknik bersama keluarga dan lain-lain. Kemudian, datanglah satu peristiwa yang membuatku merasa, bahwa Allah taalaa selalu menjaganya.

Pada saat itu, jadwal shift kami adalah dari jam 4 sore hingga jam 12 malam. Saat itu adalah bulan Ramadhan, beberapa hari menjelang iedul fitri. Pekerjaan sangat padat, ada beberapa pipa bocor dan saluran yang harus diperiksa.

Saat telah dekat waktu adzan, Pak Sholeh mengajak kami untuk membersihkan diri, berwudhu dan siap-siap berbuka puasa. Tepat adzan maghrib, kami berbuka puasa dan bersama-sama kami menghidangkan makanan pembuka yang telah dibekali oleh istri masing-masing, satu tim malam itu berjumlah enam orang. Usai menyantap makanan pembuka sekedarnya, sebenarnya waktu itu kami ingin langsung makan malam, wajarlah karena perut kami sudah lapar. Namun, karena tak enak hati alias segan ketika Pak Sholeh mengajak sholat maghrib berjamaah dulu, baru nanti makan bersama, maka kami bersiap-siap untuk melakukan sholat berjamaah.

Lokasi Musholla pabrik tak terlalu jauh, sekitar 10 menit kami berjalan kaki, dan bisa berbarengan sholat dengan tim bagian lain. Sungguh aku tak menyangka sama sekali, baru saja kami menyelesaikan rakaat terakhir, ada bunyi meletus, berdegum seperti suara ban mobil pecah, namun lebih keras.

Semua beristighfar. Sekian menit dari waktu ledakan tersebut, sudah ada tim evakuasi, kami yang waktu itu masih berada di dalam musholla sangat bingung, ada apa ini? sekaligus penasaran dan tentu saja khawatir. Singkat cerita, Aku, dan semua jamaah di musholla segera dikumpulkan di aula kantor yang rapi.

Di sela kesibukan ambulance, mobil polisi dan pihak keamanan pabrik, Aku dan teman-temanku saling berpandangan dan bertanya, hingga akhirnya ada pihak manajer yang datang menjelaskan kepada kami,
bapak-bapak di sektor E 980 ada ledakan dari pipa bocor, dan minyak yang panas menyembur keluar, sudah ada korban jiwa bapak-bapak diminta tenang, silakan gunakan telepon kantor secara bergantian, segera menelepon keluarga di rumah untuk mengabari keadaan Anda, dan silakan beristirahat terlebih dahulu disini, penjelasan sang manajer masih belum tuntas, namun Aku dan teman-teman sudah sangat lemas, mengelus dada, karena E 980 adalah kode basecamp tim kami.

Ya Allah ternyata kami baru saja selamat dari bencana, kami pun seketika langsung bersujud syukur, Pak Sholeh pun berurai air mata. Lalu pihak kantor menyediakan makanan untuk kami, karena kami memang belum makan malam, bahkan makanan yang terhidang di basecamp kami tadi, beserta peralatan yang biasa dipakai, belum diketahui nasibnya.

Walaupun telah menenangkan pihak keluarga, juga telah disiapkan hidangan makan malam oleh pihak pabrik, namun Aku dan teman-teman tak dapat menikmati santapan itu dengan tenang, kami turut menangis menyaksikan beberapa belas korban jiwa, yang berbeda tim dengan kami, ada pula korban luka bakar yang tengah dievakuasi.
Pendengar, Malam itu juga, para korban luka berat segera dikirim ke Jakarta untuk di operasi. diantara korban ada yang telinganya hilang satu, bibirnya meleleh, wajah, leher dan perut yang terbakar, bahkan ada yang kakinya menjadi buntung. Bahkan di antara korban dari ledakan pabrik yang sembuh, telah kehilangan bentuk wajah dan berjalan dengan satu kaki. Seandainya Anda bertemu dengannya, niscaya Anda tak akan kuasa untuk menatapnya.

Bahkan pernah aku satu ruang tunggu saat di rumah sakit, diam-diam Aku menangis dalam hati, Ya Allah, begitu mudahnya engkau mengadakan suatu peristiwa yang membuat orang berubah berubah penampilan atau mungkin berubah kondisi hati, jagalah kami sekeluarga ya Robb, agar perubahan atas segala ketetapan-MU adalah perubahan yang lebih baik, amiin

Pendengar, Aku memang diselamatkan oleh Allah taalaa melalui jalan keluar yang hebat, yaitu taubatku dari melalaikan waktu sholat. aku jadi teringat dengan firman Alloh, dalam surat al-Baqoroh ayat ke-45.

وَٱسۡتَعِينُواْ بِٱلصَّبۡرِ وَٱلصَّلَوٰةِۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى ٱلۡخَٰشِعِينَ

Yang artinya, dan mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan mengerjakan sholat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.
Terima kasih ya Alloh, peristiwa ini telah menambah keimanan serta rasa syukurku pada-Mu yang telah membimbingku bertaubat sehingga aku tidak melalaikan sholat lagi, dan terselamatkan dari bencana.
Mudah-mudahan pendengar, kisah ini dapat menuntun kita untuk selalu mengerjakan sholat pada waktunya, amin, Wallohu alam.

wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh